Sahabat...
Sahabat adalah kata yang paling menghangatkanku dikala aku terpuruk dalam kesedihan.
Bukan karena aku melupakannya dalam kepedihan.
Tetapi dia selalu ada saat aku tersenyum, begitupula disaat aku terduduk menahan mataku yang kian sembab.
Hangat rasanya ketika aku dipeluknya.
Meskipun terkadang menjengkelkan, tapi dialah yang selalu setia menemaniku.
Terkadang aku menutup telinga hanya untuk menjauhi omelannya.
Tapi itulah yang membuatku tersenyum ketika mengenangnya nanti.
Maafkan aku yang selalu menyusahkanmu. yang selalu menjadi tempat pelarianku.
Tapi itulah engkau sahabat yang siap membuka tangannya dan merangkulku.
Apa jadinya tanpa engkau diketerpurukanku, sendirian.
Taukah engkau sahabat, betapa aku menyayangimu.
Aku lelah jika harus bertengkar denganmu.
Bisakah kita terus berjalan bersama beriringan menjalani masa depan.
oh mungkin tidak... karena Tuhan telah menggariskan hidup kita masing-masing.
Maafkan aku bukan berarti aku meninggalkanmu karena jengah.
Hanya karena kita harus menjalani hidup.
Tuhan tidak sama menuliskan garis hidup kita.
Marahku bukan kebencian.
Bentakanku yang terkadang menimbulkan penyesalan, bukan karena kesalahanmu.
Semua karena pada akhirnya kita saling menyayangi.
teruntuk sahabat-sahabatku, khususnya Puji Ambriani yang entah mengapa pertemanan ini merupakan sebuah anugerah bagiku. Engkau sahabat yang tidak hentinya tanpa memperhatikan orang lain. Aku banyak belajar darimu. Belajar menjadi wanita tegar ketika tidak menerima kenyataan cinta yang kandas, engkau juga mengajariku menjadi seorang calon ibu yang baik dengan memasak, engkau juga yang mengajariku keikhlasan memaafkan orang lain. Aku bersyukur bahwa kita dipertemukan Tuhan disini.
Disaat aku sempat terpuruk, kau datang menemani hariku sehingga begitu indah dan bermakna.
Sehingga masih ada kisah yang bisa aku ceritakan dimasa tuaku.